Setia Pada Kebenaran Adalah Harga Mati.

    Berita pengungkapan kebobrokan dan penggelapan uang di perusahaan semakin gencar diberitakan di media massa. Para karyawan pabrik sampai melakukan demo di jalan agar masalah itu diselesaikan dan para pelakunya di hukum berat. 

"Mengapa Kamu masih bertahan membela orang itu?", tanya Andi dengan muka sangat heran.

*Emang Dia siapamu?"

"Keluargamu?"

"Saudaramu?"

"Temanmu?"

Aku hanya mampu menggelengkan kepalaku.

Andi berusaha membujuk dengan menjelaskan segala resiko yang akan aku hadapi kalau aku terus berusaha ikut mengungkap persoalan itu. Namun, aku tetap pada pendirianku untuk tetap berjuang membuka masalah-masalah di perusahaan.

"Kalau aku nggak membelanya, dia bisa mati.", jawabku.

"Biarin aja dia mati. Itu resiko dia berani mengungkap kebobrokan dan penggelapan uang perusahaan." kata Andi dengan geram.

"Andi! Kamu tega itu terjadi padanya?", tanyaku dengan geram.

"Daripada Kamu yang mati.", jawab Andi sambil memalingkan mukanya.

Aku hanya terdiam dan terpaku, kemudian kukatakan dengan tegas, 

"Kalau memang aku harus mati karena membelanya, mungkin itu sudah takdirku. Kamu boleh bilang aku gila, edan, atau apapun yang mau Kamu katakan An. Tapi aku harus membelanya karena Ghani melakukan hal yang benar dan seharusnya dia lakukan. Aku akan tetap melakukannya apapun resikonya. Setia pada kebenaran adalah  harga mati bagiku, An."

Andi hanya bisa terdiam tanpa mampu berbuat apa-apa.

Comments

Popular posts from this blog

I still love me.

Let It Go

Kesetiaanku