Teachers vs Robots?

Guru vs Robot?

Sebelum membahas lebih jauh antara guru melawan robot, perlu disamakan dulu definisi guru dan robot. 

Guru sering diartikan sebagai sesosok manusia yang mengajar dan mendidik murid-murid di dalam kelas di sekolah formal. 

Robot sering diartikan semacam mesin yang sering digunakan untuk membantu manusia dalam menyelesaikan pekerjaannya. 

Mengapa perlu disamakan dulu definisi guru dan robot, agar tidak terjadi perbedaan pendapat yang semakin dalam dan tak berujung pangkal.

Kalau guru diartikan sebagai sesosok manusia yang mengajar dan mendidik siswa di kelas agar menjadi manusia yang berpengetahuan dan berkarakter mulia, sulit sepertinya kalau tugas-tugasnya digantikan oleh robot yang buatan manusia secanggih apapun modelnya. 

Dasar Pemikiran

1. Guru mempunyai otak dan hati, sedangkan robot tidak mempunyai hati walau robot dapat diprogram untuk melakukan pekerjaan yang menjadi tugasnya melalui pemrograman yang dilakukan oleh pembuatnya yaitu manusia. Mengajar dan mendidik manusia lain dengan pekerjaan yang rutin, terprogram dan tersistem yang ada pada mesin. Belum pengoperasian dan perawatan robot yang lebih rumit dan mahal. 

2. Guru mendapatkan pendidikan untuk mendidik anak-anak secara manusiawi dengan ilmu pendidikan yang sudah diuji berkali-kali, direvisi dan dikembangkan secara terus menerus. Sedangkan robot adalah mesin diprogram untuk melaksanakan tugas-tugasnya yang rutin dan berulang tanpa disertai kemampuan berpikir mandiri, kritis dan kreatif untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang timbul di lapangan yang tidak ada dalam program-programnya. Akan sangat sulit atau hampir tidak mungkin bagi robot untuk mempunyai cipta rasa karsa untuk memecahkan masalah-masalah yang timbul di luar program-progamnya. 

3. Robot dan manusia sama-sama mempunyai kekuatan dan kelemahan. Robot akan bekerja sesuai perintah tanpa banyak protes dan tuntutan dan cenderung rapi, terorganisir tapi juga perlu bantuan manusia untuk mengaktifkannya, merawat, mengisi baterai dan lain-lain. 

Jika pekerjaan yang dilakukan tidak memerlukan kepekaan, emosi, cinta, empati dan kasih sayang, robot atau mesin mungkin lebih jago dalam melaksanakan tugas-tugasnya, seperti mesin-mesin ATM, pom bensin, lampu lalu lintas, dan lain-lain. 

Pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan manusia yang punya emosi marah, kecewa, nggak sabar, iri, dan lain sebagainya menjadi sulit dilakukan. 

Guru yang berhadapan dengan anak-anak manusia dengan segala permasalahannya, yang malas, nakal, benci, iri dan lain sebagainya menjadi tugas yang sangat kompleks bagi robot. 

Apakah robot bisa melakukannya?

Saya pikir tidak.

Manusia masih sosok yang belum tergantikan dalam hal memberikan kasih sayang, berempati, dan mendidik anak-anak manusia, bahkan juga dalam berhubungan dengan makhluk-makhluk Allah yang lain.

Wacana menggantikan guru sebagai pengajar dan pendidik dengan robot, saya pikir masih jauh bisa dilaksanakan. 

Kalau dalam film fiksi ilmiah atau apa mungkin bisa terjadi, fiksi, tapi dalam kehidupan nyata sepertinya sulit terwujud apalagi di Indonesia yang medannya bisa sangat berbeda antara di Jawa dan luar Jawa. Bahkan di Jawa juga bisa sangat berbeda antara kota-kota besar dan pedesaan atau daerah terpencil.

Perlu pemikiran, pengkajian dan riset yang mendalam untuk menerapkan kebijakan ini. Jangan sampai, nanti hanya sebagai proyek yang menelan dana besar tapi pelaksanaannya nggak efektif di lapangan, atau bahkan gagal total.

Ini hanya sedikit coretan saya yang tidak mendalam dan tidak disertai dengan penelitian lebih lanjut tentang artificial intelligence. Jadi sangat mungkin pendapat saya salah dan perlu perbaikan di sana sini.

Hanya menuliskan apa yang saya tahu tentang guru dan robot. 

Semoga bermanfaat. 

Comments

Popular posts from this blog

I still love me.

Let It Go

Kesetiaanku